MASASE UTERUS UNTUK MEMPERCEPAT BERAHI POSTPARTUM DAN MENINGKATKAN HORMON PGF2α PADA TERNAK SAPI BALI

Supriyono Supriyono, Akhyarnis Febrialdi

Abstract


Kesuburan ternak sapi Bali yang optimal tercermin oleh rendahnya Service per Conception, angka kebuntingan
yang tinggi, berahi postpartum yang pendek. Maka, produksi anak sapi yang dilahirkan setiap tahun akan meningkat,
sehingga populasi dan kesuburan sapi menjadi tinggi. Tingginya populasi sapi tersebut akan menyebabkan protein
hewani asal sapi cukup tersedia sehingga agroindustri peternakan meningkat
Beberapa alternatif untuk memperpendek selang waktu pascalahir ke estrus pertama setelah melahirkan antara lain
yang secara tidak langsung adalah perbaikan pakan, baik kualitas maupun kuantitas agar organ-organ reproduksi
berfungsi secara optimal, sedangkan yang secara langsung antara lain adalah dengan penyuntikan PGF2α dan masase
uterus untuk mempercepat involusi uterus. Pemberian PGF2α pada sapi milik rakyat perlu dipertimbangkan, karena
harganya yang cukup mahal untuk ukuran peternak dan pemberiannya harus di bawah pengawasan dokter hewan.
Perlakuan yang berdampak menyerupai injeksi PGF2α adalah masase uterus, masase uterus lebih praktis dan lebih
ekonomis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masase uterus terhadap kecepatan timbulnya berahi
postpartum dan hormon PGF2α pada ternak sapi bali. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial RAL 3x2 dengan
perlakuan Faktor A masase uterus selama 0 menit (a0), 1 menit (a1) dan 2 menit (a2), perlakuan faktor B induk sapi Bali
primipara (b1) dan multipara (b2), yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan dikandang peternak. Penelitian dengan metode survei
bertujuan untuk mengidentifikasi ternak yang akan dijadikan sampel penelitian. Penelitian berikutnya dilakukan di
kandang peternak dengan melakukan masase uterus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
angka kesuburan ternak. Peubah yang diamati adalah : jumlah sampel yang dipergunakan untuk perlakuan, estreus
pertama potpartum dan hormon PGF2α
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : Hasil seleksi status ovarium sapi Bali yang dijadikan sampel
sebanyak 94,52%, masase uterus selama 1 menit dapat mempercepat estrus pertama postpartum (39,51 hari) dan kadar
hormon PGF2α dalam darah induk sapi Bali sesaat setelah perlakuan tertinggi terdapat perlakuan 2 menit masase pada
induk primipara.

Kata kunci : masase uterus, berahi postpartum, sapi Bali


References


Acosta, T.J., N. Yoshizawa, M. Ohtani, and A. Miyamoto. 2002. Local changes in blood flow within the early and midcycle korpus luteum after prostaglandin F2 injection in the cow. Biol Reprod. 66; 651–658.

Albaqerque, F.T. De. 1986. Effect of Cloprostenol on the time required for uterine involution in Holstein Friesian X zebu crossbred cows. Arqivo Brasilerio de Medicina Veterinaria Zootechia, 8: 796-798.

Briit, J.H. 1975. Early Postpartum Breeding in Dairy Cows. A Review J. Dairy Sci. 58 : 266 – 271.

Budiyarto, A. 2012. Peningkatan Tingkat Kebuntingan dan Kelahiran Sapi Di Indonesia dan Masalah-Masalah yang Terkait. Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM, Yogyakarta

Carter, M.L. , D.J. Dierschke, J.J. Ruttledge and E.R. Houser. 1980. Effect of Go-nadotropin-Releasing hormone and calf removal on pituitary-Ovarium. Function and reproductive performance in postpartum beef cows. J. Anim. Sci. 51 : 903-910.

Casida, L.E and E.R. Caird. 1977. Effect of injection of progesterone into one ovary Of PMSG-treated anestrous ewes on follicle growth And ovarian estradiol-17β1,2 J. Anim. Sci. 44 : 84-88..

Clary, D. G., M. R. Putnam, J. C. Wright and J. L. Jr. Sartin. 1989. Efficacy of early postpartum treatment with PGF2α on subsequent fertility in dairy cows. Theriogenology, 31: 565-570.

Darmadja, S.G.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional Dalam Ekosistem Pertanian Di Bali . Disertasi Universitas Padjadjaran, Bandung.

Deca, K.G., K.C. Nath and K.C. Rajkonwar. 1985. Postpartum changes of uterus and ovaries in relation to uterine micro flora in cows. Indian Journal of Anim. Reprod. 6: 122.

Devendra, C.T., L.K. Choo and M. Pathmasingan. 1973. The Productivity of Bali cattle in Malaysia. Agric. J. 49 : 183

Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi (terjemahan dari Physiology of reproduction and artificial insemination of cattle by Salisbury and Vandemark. 1961). Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Erna W. dan Supriyadi 2010. Penampilan Reproduksi Ternak Sapi Potong Betina di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Yogyakarta

Espana E, F., R.O. Vivo, R. Driwez and A. Lopez Schostian. 1992. GnRH and PGF2α hormone treatment during the puerpurium in the dairy cattle: Effect on the length of the reproductive cycle. Archivs de Zootechia, 41: 65-73.

Fairclough R.J., J.T. Hunter and R.A. Welch. 1975. Periperal plasma progesterone and utero-ovarian prostaglandin F concentrations in the cow around parturition. PubMed – indexed for Medline. Jun, (6) : 901-14

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hafez, E.S.E., and Jainudeen, M.R. 1987. Cattle and Water Buffalo. In Reproductive in Farm Animal. 5 th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.

Hafez,E.S.E. 1972. Reproductive Life Cycles. In Reproduction In Farm Animals by Hafez,E.S.E. 2nd. Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hafez, B dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction In Farm Animals 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Kiawah Island, South Carolina USA.

Hassan, S.G., K.A. El-Fathah El-Battawy, A.A. El-Hamid El-Menofy, M. Younis and R.M. Khattab. 2007. Values of Prostaglandin during pre and post-partum and at Parturition in Buffaloes. Ital.J.Anim.Sci. vol. 6, (2); 671-672.

Heranshaw, H. 1976. Synchronization of Oestrus and sub-sequent Fertility in Cattle using the Prostaglandin F2 Analogue, ICI 80996 (Cloprostenol). Aust. J. Exp. Agr. And Anim. Husb. 16 : 437 - 444

Heuwieser W., H.O. Hoppen and E. Grunert. 1992. Blood levels of prostaglandin metabolites (PGFM, PGEM) after parturition in cows with and without retained placenta considering spontaneous calving and dystocia. Journal of Veterinary Medicine Series A. Volume 39, issue 1-10. Pages 509-514

Hunter, J. T., R.J. Fairclough, A.J. Peterson, and R.A.S. Welch. 1977. Foetal and maternal hormonal changes preceding normal bovine parturition. Actu Endocrin, 84; 653-662.

Janszen, B. P. M., M.M. Bevers, S.J. Dieleman, G.C. van der Weijden, and M.A.M. Taverne. 1990. Synchronized calvings after withdrawal of norgcstomct implants from cows treated near term with prostaglandin. Vet Record 127; 405-407.

Lindell, T. O, and H. Kindahl. 1983. Exogenous Prostaglandins F2 promotes uterine involution in the cow. Acta. Vet. Scand, 24; 269-274.

Ma, X., W.X. Wu, and P.W. Nathaniclsz. 1999. Differential regulation of prostaglandin EP and FP receptors in pregnant sheep myometrium and endometrium during spontaneous term labor. Biol Reprod, 61; 1281-1286.

Majestika, 1992. Manipulasi Uterus pada Sapi FH untuk Memperpendek Selang Pascalahir ke Estrus Pertama. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Majestika dan E. Sutrisno. 1997. Inovasi Experimentasi Teknik Manipulasi Uterus untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Bali di Kabupaten Bengkulu Utara. Dinas Peternakan Propinsi Bengkulu.

McDonal, 1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction. 3rd Lea and Febriger, Philadelphia.

McDowell,R.E., R.G.Jonas, A.C.Pont, A.Roy, E.J.Siegensales and J.R. Stonffer. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates, W.H. Freeman Co, San Fransisco.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Nenzhadanov, A.G. 1983. The postparturient involution of genitalia in cows. Animal Breeding, 51: 3591(Abstr)

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Repoduksi Hewan. Cetakan ketiga. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Peter, A.L., W.L.K. Bosu, and C.W. Kuker. 1987. Plasma endotoxin and concentration of stable metabolites of prostacyclin, thromboxane A2 and PGF2α in postpartum dairy cows. Prostaglandins, 34: 15-28.

Pinherin, I.E.I., J.D. Guimaacs and M. Grathora. (1990). Effect of PGF2α treatment during the early postpartum period. Brasibira deReproducao Animal, 14: 65-71.

Rasad, S.D. 2005. The Effect of GnRH and Prostaglandin F2 application to progesteron profile of dairy cow during 60 days postpartum. Proceeding Mini Workshop of Southeast Asia Germany Alumni Network (SEAG). Bogor, April 25-26, 2005, p; 72-78.

Reeves, J.J. 1987. Endocrinology of Reproduction. Fifth Edition. Lea & Febriger, Philadelphia.

Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Edisi Pertama. Pe-nerbit BPFE, Yogyakarta.

Shank, R.D., A.E. Freeman and P.J. Berger 1979. Relationship of reproductive factors with interval and rate of conception. J. Dairy Sci. 62: 74-84.

Sinha, V.K., Balraj Singh and A.K. Sinha. 2002. Management of postpartum reproduction in crossbred cows with Dinoprost. The Indian of Anim. Reproduc. 23(1): 21-24.

Siwitri K. 2004. Performans Sapi Bali Berdasarkan Ketinggian Tempat di Derah Transmigrasi Bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. X No. 2 Juli 2004. Hal 119 – 126

Sudarmaji, A. Malik dan AAM Gunawan. 2004. Pengaruh Penyuntikan Prostaglandin Terhadap Persentase Berahi dan Angka Kebuntingan Sapi Bali dan PO di Kalimantan Selatan. Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin

Sumaryadi, M.Y., Haryati dan W. Manalu. 2000. Efek penyuntikan PMSG terhadap konsentrasi progesterone Kaitannya dengan pertumbuhan pada fase luteal siklus berahi pada domba. Proseding Seminar Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Bogor. p; 111-115.

Sutan, S.M. 1988. Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi Antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole (PO) dan Bali Di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan. Disertasi Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian, Bogor.

Thun, R., H. Kundig, K. Zerobin, H. Kindahl, B.K. Gustafsson, und W. Ziegler. 1993. Die Uterusmotorik des Rindes wahrend Spatgravidit& Geburt und Puerperium. TIT. Anwcndung von Flunixin Mcglumin und Endokrinc Vcrandcrungcn. Schweiz Arch Tierheilk, 135; 333-344.

Tiwari, R.P., S. Jogi and S.K. Sahu. 2004. Effect of prostaglandin administration after calving in buffaloes on postpartum reproductive performance. Buffalo Bulletin, (23), 3: 53-57.

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Tolleson, D.R. and R.D. Randel, 1987. Physical manipulation of postpartum bovine uterus and the sub-sequenct release of prostaglandin F. J. Anim. Sci. 65 (suppl. 1) : 414

Tolleson, D.R. and R.D. Randel, 1988. Effects of alfaprostol and uterine palpation on postpartum interval and pregnancy rate to embryo transfer in Brahman influenced beef cows. Theriogenology 29:555.

Tsai, S., and M. Wiltbank. 1998. Prostaglandin F2 regulates distinct physiological changes in early and mid-cycle bovine corpora lutea. Biol Reprod. 58:346–352

Udin, Z. 1993. Peningkatan Produksi Peternakan Sapi Potong di Daerah Padat Ternak Melalui Perbaiakan Sarana dan Prasarana Pelayanan Reproduksi. Disertasi. Pascasarjana, IPB. Bogor.

Wann, R.A. and R.D. Randel, 1990. Effect of uterine manipulation 35 days-after parturition on plasma concentration of 13, 14 Dihydro-15-keto prostaglandin F2α in multiparous and primiparous Brahman cows. J. Anim. Sci. 68 : 1388 - 1394




DOI: https://doi.org/10.36355/sptr.v1i1.98

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Flag Counter