TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH ASAL BIJI (Shallot Cultivation Technology from True Shallot Seed)

Atman Atman

Abstract


Bawang merah adalah salah satu komoditas bahan makan penting di Indonesia dengan rata-rata konsumsi per kapita sebesar 49,3 g per minggu. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat merupakan sentra produksi bawang merah. Sebagian besar budidaya bawang merah masih menggunakan umbi sebagai sumber benih dengan biaya pembelian yang sangat tinggi (Rp.45 juta/ha). Penggunaan sumber benih asal biji sangat berprospek dikembangkan di Indonesia karena dapat mengurangi biaya pembelian benih sampai 66,7% dan mengurangi penggunaan hasil panen untuk sumber benih berikutnya (berkisar 10-15% dari hasil). Permasalahannya, informasi tentang teknologi budidaya bawang merah asal biji masih sedikit sehingga diperlukan penelitian-penelitian untuk mendapatkan komponen teknologi bawang merah spesifik lokasi. Informasi yang saat ini tersedia, antara lain: (1) Proses perbanyakan benih bawang merah dianjurkan di dataran tinggi (1.000-1.500 m dpl); (2) Tersedia beberapa varietas, seperti; Bima, Pikatan, Tuk Tuk, Tajuk, BM 8705, Sanren, Manjung, Trisula, dan Pancasona, namun perlu diuji daya adaptasinya pada lokasi spesifik; (3) Penanaman di dataran tinggi sebaiknya lebih rapat dibandingkan di dataran rendah; dan (4) Pupuk organik dan anorganik sangat diperlukan, namun informasi tentang dosis, cara, dan waktu pemberiannya berdasarkan spesifik lokasi sedikit.


Keywords


bawang merah, biji, budidaya, kerapatan tanaman, pupuk, benih.

Full Text:

PDF

References


Assad, Muh, and Warda. 2010. “Kajian Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Bawang Merah Asal Biji Di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.” Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian 13(1):20–28.

BPS. 2018. “Statistik Indonesia 2018.” 761.

Kusumasari, Aryana Citra, Imam Firmansyah, Ridha Nurlaily, and Fitri Lestari. 2019. “Budidaya Bawang Merah Dengan Teknologi Proliga (Produksi Lipat Ganda).” 11.

Nurjanani, and Fadjry Djufry. 2018. “Uji Potensi Beberapa Varietas Bawang Merah Untuk Menghasilkan Biji Botani Di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan ( Test Potential for Some Variety to Produce True Shallot Seed in Highland South Sulawesi ).” J. Hort. 28(2):201–8.

Pangestuti, Retno; Sulistyaningsing, Endang. 2011. “Potensi Penggunaan True Seed Shallot (TSS) Sebagai Sumber Benih.” Prosiding Semiloka Nasional (September):258–66.

Ritung, Sofyan, Kusumo Nugroho, Anny Mulyani, and Erna Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Penelitian Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Balitbangtan.

Rosliani, R., ER Palupi, and Y. Hilman. 2013. “Pengaruh Benzilaminopurin Dan Boron Terhadap Pembungaan , Viabilitas Serbuk Sari , Produksi , Dan Mutu Benih Bawang Merah Di Dataran Rendah ( The Effect of Benzylaminopurine and Boron Application On Flowering , Pollen Viability , Production , and Quality.” J. Hort. 23(4):339–49.

Saidah, Muchtar, Syafruddin, and Pangestuti Retno. 2019. “Pertumbuhan Dan Hasil Panen Dua Varietas Tanaman Bawang Merah Asal Biji Di Kabupaten Sigi , Sulawesi Tengah Growth and Yield of Two Shallot Varieties from True Shallot Seed in Sigi District , Central Sulawesi.” Pp. 213–16 in Pros. Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol. 5.

Sembiring, Asma, Rini Rosliani, Sortha Simatupang, Paulina Evy Prahardini, and Sri Rustini. 2018. “Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed Di Indonesia ( Studi Kasus : Sumatera Utara , Jawa Timur , Dan Jawa Tengah ) [ Financial Feasibility of True Shallot Seed Production in Indonesia ( Case Study : North Sumatera , East Java , and Central Java ).” J. Hort. 28(2):289–98.

Sitepu, Benhard H., Sabar Ginting, and Mariati. 2013. “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L. Var. Tuk-Tuk) Asal Biji Terhadap Pemberian Pupuk Kalium Dan Jarak Tanam.” Jurnal Online Agroekoteknologi 1(3):711–24.

Sopha, Gina Aliya, Muhammad Syakir, Wiwin Setiawati, Suwandi, and Nani Sumarni. 2017. “Teknik Penanaman Benih Bawang Merah Asal True Shallot Seed Di Lahan Suboptimal ( Planting Method of Seedling of Shallot from True Shallot Seed in Suboptimal Land ).” J. Hort. 27(1):35–44.

Sumarni, N., E. Sumiati, and Suwandi. 2005. “Pengaruh Kerapatan Tanaman Dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Terha- Dap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji Kultivar Bima.” J. Hort. 15(3):208–14.

Sumarni, Sopha GA N, and R. Gaswanto. 2012. “Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seeds Terhadap Kerapatan Tanaman Pada Musim Hujan.” J. Hort. 22(1):23–28.

Suwandi, Gyna A. Sopha, and Catur Hermanto. 2016. Petunjuk Teknis (Juknis) Proliga Bawang Merah 40 t/Ha Asal TSS ( = True Shallot Seed ). Lembang Jawa Barat.

Wati, Tika Anisa Padar, and Sobir. 2018. “Keragaan Tujuh Varietas Bawang Merah ( Allium Cepa L . Aggregatum Group ) TSS ( True Shallot Seed ) Performance of Seven Varieties of Shallot ( Allium Cepa L . Aggregatum Group ) TSS ( True Shallot Seed ).” J. Hort. 2(3):16–24.




DOI: https://doi.org/10.36355/jsa.v6i1.497

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Jurnal Sains Agro

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

JSA (Jurnal Sains Agro)  online ISSN 2580-0744 is published by Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo 

 

View My Stats